Bertambahnya Usia
Perayaan ulang tahun. Hari ulang tahun. Hari lahir. Semuanya begitu disimpan rapi-rapi dalam memori ingatan kita. Bagaimana tidak? Hari itu adalah hari yang dinanti-nanti oleh sepasang kekasih yang resmi menjadi ibuk dan bapak kita saat pertama kali kita menyentuh udara di bumi. Penantian selama sembilan bulan terlewati begitu saja? Tentu tidak. Dulu ketika aku berusia tujuh tahun hingga dua belas tahun selalu mengira bahwa satu-satunya cara untuk membahagiakan diri sendiri adalah dengan menanti hari ulang tahun. Bermain bersama teman-teman. Makan bersama keluarga, yang biasanya di rumah menjadi di restoran yang belum pernah dikunjungi. Hadiah ulang tahun, hal yang selalu ku nanti saat usia-usia itu. Butuh satu hari dalam satu tahun untuk membahagiakan diri sendiri. Ketika beranjak usia tiga belas tahun hingga lima belas tahun. Aku dan teman-teman mulai menunjukkan angka kelahiran kita dan menebaknya menjadi rasi bintang yang kita miliki. Usia enam belas tahun hingga delapan belas tahun, aku mulai tidak menyukai hari ulang tahun. Aku tidak menyukai bagaimana teman-temanku merayakan (yang dulunya ku kira) hari bahagiaku. Aku tidak menyukai jika sebenarnya teman-temanku tidak mengingatnya dengan benar, padahal aku selalu mengingat hari bahagia mereka secara detail. Aku tidak menyukai ucapan mereka yang hanya sekadar untuk kebutuhan sosial media. Aku tidak menyukai karena bertambahnya usia menuju masa remaja, aku dan keluarga sudah tidak ada lagi momen makan bersama di restoran. Aku tidak begitu menyukai hadiah ulang tahun yang entah dia tahu bahwa aku menyukainya atau tidak.
Semakin bertambahnya usia, aku tidak menyukai hari ulang tahun. Toh sebenarnya, aku bisa mendapat kebahagiaan-kebahagiaan kecil kapan pun. Tapi, aku tetap tidak menyukai hari ulang tahun. Aku mulai menyembunyikan identitas ulang tahunku. Setiap teman bertanya, aku tidak pernah menjawabnya dengan benar. Sebenarnya alasan-alasan itu hanya alasan tidak penting yang aku pikirkan saat tahun-tahun yang kulewati. Sebenarnya jawabannya bukan benar-benar itu. Ketika umur sembilan belas tahunku. Aku berada jauh dari keluarga dan teman-teman terdekat. Menakutkan untuk melewati dunia ini sendirian. Hari itu, aku benci mengetahui bahwa umurku bertambah, aku benci untuk dituntut menjadi dewasa. Aku benci saat orang-orang menaruh harapan besar padaku, padahal mereka pun tahu aku tidak sehebat itu. Aku selalu ingin bermain-main tanpa ada tuntutan mengenai cita-cita dan pekerjaanku nantinya. Aku ingin ke Neverland (negeri manusia tidak bisa bertumbuh menjadi dewasa). Aku benci melewati itu sendirian, tapi aku harus. Aku benci orang-orang berbicara mengenai ambisi mereka untuk mendapatkan penghasilan besar, dan aku benci diperintah untuk memikirkannya. Aku benci harus berbuat baik kepada orang jahat padahal ketika aku melewati tahun-tahun itu, aku bebas untuk mengatakan bahwa hal itu tidak baik. Tunggu dulu, hari ini tentu bukan hari ulang tahunku.
Tetapi tetap saja, semakin bertambahnya usia, aku benci hari ulang tahun.
Tetapi tetap saja, semakin bertambahnya usia, aku benci hari ulang tahun.
Komentar