Kamu dan Setumpuk Cahaya
Kamu dan setumpuk cahaya di balik ruang kecil selalu mengingatkanku pada pesan Ibu. Kamu berkata bahwa dunia ini tidak pantas untukku yang selalu berkutat pada pasal-pasal haq. Kamu berkata bahwa orang yang berkaki pendek namun memiliki banyak tangan bisa saja meruntuhkan akal budi. Kamu merakit kalimat-kalimatmu dengan pena terbakar oleh setumpuk cahayamu. Kamu menjaga setumpuk cahayamu dengan hati-hati. Kamu takut jika setumpuk cahayamu diambil oleh orang-orang tidak bertanggung jawab yang akan menggunakannya untuk menerangi hal-hal buruk atau bahkan hal busuk. "Aku susah payah untuk menjaganya (setumpuk cahaya)", ujarmu. Biasanya jika sudah seperti itu, kamu dengan cepat menghabiskan secangkir teh di genggamanmu dengan harapan bisa menjaga setumpuk cahaya itu kembali. Suatu pagi, aku tiba di bilik kecilmu, dimana biasanya kamu menjaga setumpuk cahayamu. Kamu mondar-mandir dengan nafas yang gusar. "Ada apa?" tanyaku. "Setumpuk cahayaku dimana?". Kamu mul...