Pagi ini aku bangun lebih dulu sebelum pengingat waktu berbunyi. Pukul 02:55. Menuju dapur untuk mengisi kekosongan perut. Jam-jam sekian biasanya rawan. Rawan untuk berpikir lebih banyak, rawan untuk menelaah kekurangan diri sendiri, rawan untuk berniat menghilang secara tiba-tiba di bumi ini, dan yang pasti rawan untuk kehidupan perut kita. Gelas masih berserakan di meja makan, sisa-sisa makan malam semalam. Makanan sudah habis hanya bekas bumbunya masih melekat di piring-piring. Air mineral adalah jalan terbaik untuk saat ini, meskipun tidak pernah benar-benar memuaskan perut tetapi setidaknya membuat perasaan lega. Aku duduk, dalam sekali teguk ku habiskan air mineral. Aku mulai berpikir tentang makanan semalam. “Adek makan telur ya?” bapak bertanya kepadaku, aku menganggukkan kepala tanda setuju. “Dicampur sosis apa enggak?”, “iya pak”. Aku heran, bapak begitu hafal kesukaanku. Aku juga hafal kesukaan bapak. Tapi yang menjadi pertanyaanku, bagaimana masku?. Apakah dia pernah...